Text
Si Jamin & Si Johan
Di Tepi prinsenlaan di Taman Sari, ada sebuah rumah yang sudah setengah tua dengan cat yang tidak tentu lagi warnanya. Rumah itu tidak terurus seperti tidak berpenghuni. Di dalamnya tinggallah seorang wanita yang bernama Inem dan kedua orang anak yang bernama Jamin dan Johan dan ayah kandunnya yang bernama Bertes. Dua anak itu adalah kakak beradik yang sangat disayangkan. Mereka berdua saling menyayangi satu sama lain. Ayahnya, si Bertes adalah seorang pemabuk berat. Ibu kandungnya yang sangat baik, yang bernama mina telah meninggal dunia dua tahun yang lalu. Kemudian ayahnya menikah lagi dengan perempuan lain bernama Inem. Ibu tiri si Jamin dan si Johan ini sangat buruk tingkah-lakunya. Ayahnya tukang mabuk, sedangkan Ibu tirinya tukang menghisap candu. Mereka dipekerjakan oleh ibu tirinya untuk meminta-minta. Selain itu, Inem juga sering memukuli dan memarahi Jamin dan Johan, apa lagi jika hasil mengemisnya tidak sesuai dengan yang diharapkannya. Selain itu, Bertas ayahnya, juga selalu memukuli mereka karena tak sadarkan diri akibat mabuk. Tetapi walaupun begitu, mereka tidak pernah menyimpan rasa dendam terhadap ibu tiri dan ayahnya tersebut. Hasil dari mengemis itu diberikannya kepada inem untuk kesenangan ibu tirinya sendiri. Setiap hari, si Jamin meminta-minta untuk menghidupi keluarganya. Hal itu terpaksa harus dilakukannya, karena ayahnya yang pemabuk itu telah dipecat dari pekerjaannya. Sedangkan pekerjaan ibu tirinya setiap hari selalu menghisap candu. Si Jamin sudah sering kali pulang dengan uang sedikit sehingga ibu tirinya memarahinya dan memukulinya habis-habisan. Sebernarnya, Jamin malu dengan berbuat seperti budak peminta-minta yang lain, yang suka meminta sedekah dengan kata-kata membujuk dan terkadang berdusta. Suatu saat, ketika inem selesai mencandu emosinya tidak dapat dikontrol lagi. Pagi-pagi ia mengusir Jamin untuk meminta-minta uang sampai mendapat lima puluh sen baru ia dapat pulang dan diancamnya bila tidak pulang akan membuang adiknya ke sungai padahal Jamin tidak ingin berpisah dari Johan karena ia sangat sayang terhadap adiknya tersebut. Jamin pun pergi dan segera mencari uang tetapi sungguh amat sial walaupun hingga sampai malam ia bejalan kesana-kemari dia tidak juga mendapatkannya. Segala tempat sudah di kunjunginya dari pasar baru, pasar ikan sampai pasar senen ia lalui namun ia tidak juga mendapatkan uang hingga malam yang sangat dingin karena hujan. Kondisi itu membuatnya lemas karena tidak makan seharian, sehingga ia tak sanggup lagi untuk berjalan. Tak kuasa lagi ia berjalan sampai akhirnya ia tidur di seberang toko obat milik Kong Sui. Pagi harinya, ia ditemukan oleh Kong Sui di depan toko obatnya. Kong Sui dan istrinya, terkenal dengan kebaikannya yang suka menolong orang. Sepasang suami istri itu merasa sangat iba kepada Jamin. melihatnya seperti itu, Kong Sui dan Nyonya Fie memberikan si Jamin makan dan baju ganti yang masih layak pakai. Atas permintaan Kong Sui dan Nyonya Fi, ia pun menceritakan asal-usulnya. Karena iba, sebelum pulang si Jamin diberi sejumlah uang dan dibekali makanan untuk diberikan kepada adiknya, si Johan. Suatu hari, kejadian mengenaskan menimpa Jamin. Sewaktu ia akan mengembalikan cincin Nyonya Fi yang tertinggal di kantong celana yang diberikan kepadanya, Jamin tertabrak oleh trem. Ia pun dibawa ke rumah sakit. Adiknya, si Johan yang waktu itu ada bersama Jamin langsung menangis. Ia tak mengerti. Semua itu terjadi dalam sekejap. Ternyata, cincin yang dibawa abangnya itu terjatuh. Ia pun memungut dan mengembalikannya kepada Nyonya Fi. Bersama Kong Sui dan Nyonya Fi, si Johan mencari keberdaan kakaknya. Mereka masih sempat bertemu dengan Jamin sebelum ajal menjemputnya. Johan sangat sedih dan merasa terpukul atas kepergian kakak yang sangat menyanginya dan menjaga ia selama ini. Ia sungguh tak menyangka bahwa kakanya begitu cepat meninggalkanya. Setelah kepergian ibunya kini dia juga harus menerima kepergian kakak tersayangnya juga. Tidak dapat di pungkiri lagi, di usianya yang masih dini, kini dia harus menerima segala penderitaan yang pahit ini. Ayahnya Bertes, saat mendengar kematian si Jamin anak sulungnya itu, dia pun langsung terduduk meratap dan meraung. Dengan amat menyesal ia menampar dadanya, sambil menyesali semua perbuatan yang telah dilakukannya selama ini terhadap Jamin. Setelah ia berhenti menangis pergilah ia melihat kuburan anaknya, Jamin. Jamin di kuburkan di sebalah kanan kuburan ibu kandungnya. Setelah kejadian itu, si Johan tinggallah di pasar senen di rumah Kong Sui dan Nyonya Fie. Nyonya Fie tidak sampai hati menyuruh dia balik ke Taman Sari. Apalagi si Jamin telah memesankan sewaktu dia masih hidup, bahwa supaya adiknya jangan lagi kembali kerumahnya. Sementara Inem, ibu tirinya tak lagi tinggal di rumah. Tetangga-tetangganya pun tak mengetahui kemana perginya. Beberapa hari kemudian Kong Sui membaca berita Jakarta bahwa seorang pengail menemukan seorang mayat perempuan dalam sungai, di tepi jalan ke Ancol. Setelah diperiksa dokter, ketahuanlah, bahwa peremuan itu mati lemas.
Tetapi tidak seorang pun mengetahui dengan pasti, mayat siapa itu, karena rupanya tidak di kenal lagi. Dan mungkin itu adalah mayat Inem, ibu tiri si Jamin dan si Johan yang sangat kejam itu. Sementara johan, hidupnya semakin membaik. Kong Sui dan Nyonya Fie sangat menyayangi Johan, semakin lama mereka perhatikan ternyata Johan adalah anak yang berkelakuan baik. Berkat pemeliharaan yang baik si Johan parasnya bertambah elok, karena matanya yang dahulu cekung sekarang penuh. Dan mukanya yang pucat sebab kurang makan, kini jernih berseri.pendeknya si Johan yang hidup di Taman Sari dalam kesengsaraan itu, sudah jauh sekali berubah romannya, selama ia tinggal di rumah Kong Sui. Sekarang terpelihara sebagai orang yang baik-baik. Bertes, ayah Johan yang sudah tiga bulan dipenjara, kini telah dibebaskan. Ia terbukti tidak bersalah pada kasus perkelahian yang terjadi dipasar senen. Ia pun menyesali segala perbuatannya. Ia pun berterimah kasih kepada keluarga Kong Sui. Lima tahun kemudian tamatlah pelajaran si Johan di sekolah rendah, lalu ia meneruskan pelajarannya kesekolah pertukangan di Kampung Jawa. Segala biaya tidak di susahkannya, karena Kong Sui selalu sedia membantu bila ada keperluan. Bertes pun telah mendapat pekerjaan yang tetap, dengan pertolongan Kong Sui juga. Semenjak kelas rendah Johan belajar sungguh-sungguh. Ia disayangi gurunya. Karena perilakunya yang baik, semua teman-temannya sangat menyukainya. Siang malam dia tidak melupakan budi baik Kong Sui dan Nyonya Fie. Dia selalu berharap akan dapat juga membalas pertolongan dan kebaikan mereka kelak.
085242012 | 813 SIR s c.3 | My Library (800) | Tersedia |
098892015 | 813 SIR s c.2 | My Library (800) | Tersedia |
073252011 | 813 SIR s c.1 | My Library (800) | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain