Text
Strategi Perjuangan : Teuku Umar
Ayahnya Cut Nyak Dhien adalah Teuku Nanta Setia sedangkan ayahnya Teuku Umar adalah Teuku Ahmad Mahmud mareka bersaudara dan masih satu garis keturunan atau satu Kakek, jadi Teuku Umar menikahi putri pamannya yang merupakan isterinya yang ke 3 sedangkan Teuku Umar adalah suami yang kedua dengan Cut Nyak Dhien,
Beberapa sumber menyebutkan bahwa Teuku Umar sudah memanggul senjata dan bertempur melawan Belanda sejak usia 19 tahun, ketika dimulainya agresi Belanda pertama pada 1873. Teuku Umar seorang yang sangat paham dengan kejiwaan orang Aceh, Beliau mampu menarik pengikutnya dengan sifat dermawan dan riang gembira, dan mampu memperoleh kerjasama mereka dengan mengobarkan perang sabil.
Jabatan yang pernah disandang Teuku Umar antara lain: Pada 1887, Teuku Umar pernah menjabat Keuchik Gampong Darat (sekarang Kecamatan Johan Pahlawan) sekaligus menjadi Panglima Pertahanan Rakyat saat Belanda menyerang Meulaboh pada 1878 bersama dengan Teuku Tjik Abdurahman, putra mahkota Teuku Tjik Ali, uleebalang Meulaboh. Pada 1889, ia diangkat oleh Sultan Aceh sebagai Laksamana/Amirul Bahar atau Panglima Laot untuk Aceh bagian Barat. Ia aktif membantu keuangan Sultan, Teungku Tjik Ditiro dan Panglima Polem lewat uang sabil yang dikirim secara teratur
Teuku Umar sempat berdamai dengan Belanda tahun 1883. Namun satu tahun kemudian perang kembali tersulut di antara keduanya. 9 tahun kemudian tepatnya 1893, Teuku Umar mulai menemukan cara untuk mengalahkan Belanda dari ‘dalam’. Ia lantas berpura-pura menjadi antek Belanda. Aksi ini sampai membuat Cut Nyak Dien marah besar karena bingung dan malu.
Atas jasanya menundukkan beberapa pos pertahanan di Aceh, Teuku Umar mendapat kepercayaan Belanda. Ia lalu diberi gelar Johan Pahlawan dan diberi kebebasan untuk membentuk pasukan sendiri berjumlah 250 orang tentara dengan senjata lengkap dari Belanda. Pihak Belanda tidak tahu, kalau itu hanya akal-akalan Teuku Umar semata yang telah berkolaborasi dengan para pejuang Aceh sebelumnya. Tak lama kemudian, Teuku Umar malah diberi lagi tambahan 120 prajurit dan 17 panglima termasuk Pangleot sebagai tangan kanannya.
30 Maret 1896, Teuku Umar keluar dari dinas militer Belanda. Di sinilah ia kemudian melancarkan serangan berdasarkan siasat dan strategi perang miliknya. Bersama pasukan yang sudah dilengkapi 800 pucuk senjata, 25.000 peluru, 500 kg amunisi dan uang 18 ribu dolar, Teuku Umar yang dibantu Teuku Panglima Polem Muhammad Daud dan 400 orang pengikutnya membantai Belanda. Tercatat, ada 25 orang tewas dan 190 luka-luka dari pihak Belanda.
Gubuernur Deykerhof sebagai pengganti Gubernur Ban Teijn yang telah memberi kepercayaan kepada Teuku Umar selama ini merasa sakit hati karena telah dikhianati Teuku Umar. Ia lantas memerintahkan Van Heutsz bersama pasukan besarnya untuk menangkap Teuku Umar. Serangan mendadak ke daerah Meulaboh itulah yang merenggut nyawa Teuku Umar. Ia ditembak dan gugur di medan perang, tepatnya di Kampung Mugo, pada 10 Februari 1899.
Lebih dari 70 tahun kemudian, pemerintah Indonesia menganugerahi Teuku Umar sebagai pahlawan nasional lewat SK Presiden No. 087/TK/1973 tanggal 6 November 1973. Nama pahlawan pemberani ini juga dijadikan nama jalan di kota-kota besar.
019222000 | 813 MUD s c.2 | My Library (800) | Tersedia |
025192000 | 813 MUD s c.3 | My Library (800) | Tersedia |
019242000 | 813 MUD s c.4 | My Library (800) | Tersedia |
019212000 | 813 MUD s c.1 | My Library (800) | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain