Text
Mengalah Untuk Menang
Di buku ini menceritakan ada seorang anak yang bernama Ikhsan yang merupakan anak orang tidak punya. Ikhsan sangat menyukai suasana ketika berada di sekolahnya yaitu SD Tunas Harapan.
Ia merupakan anak terpandai di kelasnya dan selalu mendapat juara satu di setiap tahunnya. Suatu hari di siang yang sangat panas, saat waktu telah menunjukkan pukul dua belas yang berarti waktunya pulang sekolah murid-murid sangat senang.
Namun bagi Ikhsan pulang sekolah adalah sekumpulan masalah. Masalah yang pertama yaitu ketika pulang sekolah ia menjumpai polusi dari asap-asap kendaraan di jalan. Baginya, pulang sekolah adalah suatu hal yang meletihkan dikarenakan ia harus menempuh jarak sejauh lima kilometer untuk menuju rumahnya. Rumahnya berada di ujung jalan setapak.
Bagi teman-temannya yang pernah datang menyebut rumah Ikhsan dengan gubuk tua. Gentengnya tua dan rapuh. Apabila hujan tiba, Ikhsan selalu disibukkan dengan atap yang bocor di sana-sini. Dinding rumahnya terbuat dari anyaman bambu usang sudah banyak yang bolong. Di beberapa bagian rumah, lumut menyebar. Pintu dan jendela rumah terbuat dari sisa-sisa triplek dari tetangga.
Di depan rumahnya banyak terdapat ban karet bekas tertumpuk dan sebuah sepeda rusak yang digantung dengan rantai yang sudah berkarat. Di bawahnya berserakan peralatan bengkel yang tak lengkap.
Ayah Ikhsan merupakan seorang lelaki yang berkulit hitam dengan pakaian lusuh dan tubuh yang kurus. Meski seharian ia belum makan sama sekali, hanya segelas air putih. Ketika pulang sekolah Ikhsan selalu disambut dengan senyuman ayahnya. Senyuman itu yang mampu membuatnya menjadi semangat kembali. Suatu hari Ikhsan tampak cemberut. Ia sangat terlihat sedang kesal.
Hal itu dikarenakan buka ia yang ditunjuk untuk menjadi perwakilan lomba ketangkasan, melainkan Bimo yang ditunjuk. Ikhsan tahu bahwa Bimo mendapatkan juara dua dikarenakan dalam ulangan sering kali menyontek dan memaksa temannya untuk memberikan jawaban padanya. Ia mengira bahwa ia tidak dapat terpilih karena ia anak miskin, sedangkan Bimo anak orang kaya.
Hal itu diceritakannya pada ayahnya. Kemudian ayahnya memberi nasihat padanya bahwa memang kali ini bukan nasibnya Ikhsan untuk mengikuti perlombaan itu. Mungkin setelah kejadian ini mereka bisa mengambil kebaikan yang nantinya dapat Ikhsan dapatkan. Ayah Ikhsan meminta Ikhsan untuk mengalah demi kebaikan Ikhsan sendiri.
Di nasihati oleh ayahnya tangis Ikhsan malah kian menjadi. Ia merasa diremehkan oleh sekolahnya. Padahal perlombaan itu telah dinanti-nantikan olehnya. Saat hari perlombaan tiba ia berusaha untuk tidak berangkat sekolah dengan mencari berbagai alasan hingga ia baru bisa tidur pukul dua pagi. Saat azan tiba ia bergegas bangun kemudian mandi dan melakukan aktivitas seperti biasanya sebelum berangkat ke sekolah. Ikhsan tetap berangkat ke sekolah karena ia tidak menemukan alasan untuk tidak berangkat sekolah.
Di sekolah ia sangat kesal sampai teman sebangkunya bingung apa yang terjadi pada Ikhsan. Pada saat guru memanggil Bimo untuk berangkat ternyata Ikhsan juga dipanggil untuk menjadi pendamping dalam lomba. Mereka menaiki mobil tua milik sekolah untuk menuju tempat lomba. Lomba dibagi menjadi tiga babak.
Namun dari babak awal Bimo banyak yang ragu dengan jawabannya. Melihat hal itu Ikhsan pun dengan berat hati mengungkapkan bahwa ia sebenarnya membenci Bimo tetapi kali ini ia merasa bahwa Bimo membutuhkan motivasi dan mengatakan bahwa saat ini tidak ada rasa benci sedikitpun pada Bimo.
Pada tahap akhir nyatanya Bimo tidak mampu menjawab satu soal pun, ia sangat merasa kecewa. Pulangnya Bimo mengantarkan Ikhsan dengan mobilnya dan melihat rumah Ikhsan. Saat ia melihat rumah Ikhsan ia menjadi sadar akan kesalahan dan banyak bersyukur akan kehidupannya yang layak.
Setelah kejadian ini Bimo menjadi lebih baik dan ia selalu belajar untuk mendapatkan hasil atas kerja kerasnya sendiri. Saat ujian semester ia sangat bangga karena nilai yang ia dapat adalah dari kemampuannya sendiri. Tentu saja Ikhsan mendapat juara satu.
Setelah pembagian rapor Ikhsan dipanggil oleh guru. Ia mendapatkan informasi bahwasannya ia akan mengikuti olimpiade tingkat kabupaten karena dalam satu kecamatan hanya menunjuk sekolah saja yaitu sekolahnya Ikhsan dan sekolah Ikhsan menunjuknya sebagai perwakilan.
Pak Ridwan menjelaskan bahwa ia tidak memilih Ikhsan untuk mengikuti lomba ketangkasan kemarin karena takutnya ia akan menang dan ia tidak dapat mengikuti olimpiade ini yang kemungkinan waktunya sama. Dengan ditunjuknya Ikhsan untuk menjadi perwakilan olimpiade ia makin giat dalam belajar. Dan akhirnya ia memenangkan olimpiade pada tingkat nasional.
Banyak sekali kenggulan yang terkandung dalam buku ini. Dengan membaca buku buku ini anak-anak menjadi tambah semangat ketika menuntut ilmu, anak-anak dengan mudah paham apa yang terkandung dalam buku tersebut karena diceritakan dengan bahasa yang mudah dipahami, apalagi dalam cerita juga disertai dengan gambar yang mendukung jalannya cerita.
Jadi dengan adanya gambar anak-anak makin paham tentang apa yang mereka baca. Didalamnya juga secara tidak langsung memberi tahu perbuatan baik juga perbuatan buruk. Di bawah gambar juga ada kalimat yang mewakili dari gambar tersebut. Jadi penulis dapat membuat pembaca masuk dalam cerita tersebut.
Akan tetapi, buku ini juga bukan tanpa kelemahan. Yang pertama yaitu buku ini sampulnya kurang menarik dalam hal warnanya. Di dalamnya juga banyak terdapat kesalahan penggunaan huruf besar, bahkan terdapat banyak kesalahan dalam penulisan kata.
Buku ini sangat bermanfaat bagi anak-anak. Walaupun dalam buku ini tertulis novel anak islam tetapi dapat juga dibaca oleh yang bukan muslim dikarenakan isinya bisa untuk semua kalangan anak-anak. Buku juga bermanfaat bagi orang tua dan guru untuk membantu membentuk karakter anak.
067482009 | 813 ANT m c.2 | My Library (800) | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain