Text
Nefertiti Sang Ratu Keabadian
Nefertiti, wanita tercantik di seluruh Mesir, sudah ditakdirkan menjadi Ratu. Ia memasuki istana Thebes pada usia 15 tahun sebagai calon permaisuri pangeran Amenhotep IV. Nefertiti adalah anak dari saudara kandung Ratu Tiye, wazir Ay. Bermata biru, leher jenjang, garis wajah yang tegas. Kesempurnaanya menjadi lambang kecantikan di abad itu. Caranya berpakaian, berjalan, bahkan memandang ditiru oleh wanita-wanita bangsawan. Dia dicintai dan ditaati oleh rakyatnya.
Nefertiti hidup sebagai Ratu yang penuh ambisi. Ambisi akan kekuasaan dan keabadian. Ia ingin namanya terukir dalam prasasti sejarah dan akan dikenal oleh umat manusia setelahnya. Dengan sang suami, Fir'aun Amenhotep IV, di sisinya ia secara perlahan mengukir namanya dan suaminya di setiap sudut istana dan kuil Aten yang mereka bangun. Ambisi sang Ratu akan keabadian dan ambisi sang Fir'aun akan Dewa Aten, disebut sebagai Dewa yang hanya dipahami oleh mereka sendiri, bersinergi dalam kekuasaan tak terbatas. Untuk memenuhi ambisi itu mereka membangun sebuah kota bernama Akhetaten setelah kematian sang Ayahanda Raja. Kota di tengah padang pasir yang sekarang dikenal dengan nama Amarna. Amenhotep kemudian mengganti namanya menjadi Akhenaten sebagai bentuk pemujaan terhadap Dewa Aten. Setiap sudut kota Amarna dihias dengan patung Nefertiti dan Akhenaten bahkan hingga ke kuil-kuil, mengingatkan kepada rakyat bahwa mereka mengawasi rakyat layaknya dewa. Setiap dinding di seluruh istana diukir dengan aktifitas sehari-hari sang ratu dan keluarganya oleh seorang pematung terkenal, Tuthmose, yang ia pekerjakan khusus di istana. Mereka telah mendewakan dirinya sendiri.
Masa kekuasaan Nefertiti dan Akhenaten disibukkan dengan pembangunan kota Akhetaten, sebuah kota persembahan kepada Dewa Aten. Wazir Ay, ayah Nefertiti, bertindak sebagai penguasa di belakang tahta yang mengurus urusan kerajaan karena Akhenaten sibuk dengan kota barunya. Ia tidak mau menerima utusan negara sahabat, mendegar keluhan rakyat, bahkan ia membenci prajurit yang pada masa ayahnya telah berjasa meluaskan wilayah kekuasan Mesir hingga ke Palestina dan sekitarnya. Ia tidak peduli akan ancaman bangsa Hatitte yang merangsek ke wilayah perbatasan, membantai rakyat, memperkosa dan memperbudak mereka. Untuk meredam kemarahan rakyat, mereka secara rutin membagi-bagikan deben emas, perak, dan tembaga melalui jendela penampakan.
097622013 | 813 MOR n c.1 | My Library (800) | Tersedia |
097632013 | 813 MOR n c.1 | My Library | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain